laporan tugas budidaya (prakarya)


 

1.1. Latar Belakang
Ketersediaan benih sebagai unsur yang mutlak dalam budidaya. Usaha budidaya tidak cukup bila hanya mengandalkan benih secara alami, karena bersifat musiman seperti ikan nilem (Osteochilus hasselti) yang ditemukan hanya pada awal musim hujan. Penyediaan benih tidak hanya dalam jumlah yang cukup dan terus-menerus, tetapi diperlukan mutu yang baik serta tepat sasaran.
Sejalan dengan perkembangan teknologi diberbagai bidang ilmu termasuk bidang perikanan, budidaya ikan sedang mengarah ke berbagai budidaya intensif. Intensifikasi di bidang perikanan menuntut adanya ketersediaan benih dalam jumlah dan mutu yang memadai secara kontinyu. Kontinyuitas ketersediaan benih tersebut membutuhkan kegiatan pembenihan yang intensif pula. Pembenihan yang intensif membutuhkan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itu, penggalian ilmu pengetahuan dan teknologi adalah kegiatan praktikum di lapangan.
Pemijahan dapat dilakukan dengan cara alami atau buatan. Pemijahan alami dimaksudkan pemijahan yang dilakukan secara alami antara jantan dan betina di dalam media pemijahan. Sedangkan pemijahan buatan dilakukan di luar media pemijahan, biasanya dilakukan dengan bantuan manusia atau dengan stripping (pemijahan). Saat ini, telah dijual dipasaran hormon gonadotropin yang dibuat dari ekstrak kelenjar hipofisa, ikan salmon dengan nama dagang ovaprim produksi Syndel Co, Vancoaver, Canada.
Adanya keberhasilan penemuan ekstrak hormon tersebut dapat memacu terjadinya peningkatan proses pemijahan. Sehingga, dalam usaha kegiatan pemijahan ikan akan memberikan dan meningkatkan hasil benih ikan yang berkualitas.
1.2. Tujuan
  1. Melatih keterampilan siswa dalam membudidayakan ikan nilem
  2. Mempraktekkan dan mengaplikasikan teori yang didapat di lapangan.
  3. Melatih kemampuan analisis siswa untuk membaca dan memahami fenomena sesungguhnya yang terjadi di lapangan.

II. ISI
2.1. Morfologi Ikan Nilem (Osteochilus hasselti)
Ikan nilem (Osteochilus hasselti) merupakan ikan endemik (asli) Indonesia yang hidup di sungai – sungai dan rawa – rawa. Ciri – ciri ikan nilem hampir serupa dengan ikan mas. Ciri – cirinya yaitu pada sudut – sudut mulutnya terdapat dua pasang sungut – sungut peraba. Sirip punggung disokong oleh tiga jari – jari keras dan 12 – 18 jari – jari lunak. Sirip ekor berjagak dua, bentuknya simetris. Sirip dubur disokong oleh 3 jari – jari keras dan 5 jari – jari lunak. Sirip perut disokong oleh 1 jari – jari keras dan 13 – 15 jari – jari lunak. Jumlah sisik – sisik gurat sisi ada 33 – 36 keping, bentuk tubuh ikan nilem agak memenjang dan piph, ujung mulut runcing dengan moncong (rostral) terlipat, serta bintim hitam besar pada ekornya merupakan ciri utama ikan nilem. Ikan ini termasuk kelompok omnivora, makanannya berupa ganggang penempel yang disebut epifition dan perifition (Djuhanda, 1985).
2.2. Klasifikasi Ikan Nilem (Osteochilus hasselti)
Ikan nilem (Osteochilus hasselti) menurut Saanin (1968) diklasifikasikan dalam:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Craniata
Class : Pisces
Subclass : Actinopterygi
Ordo : Ostariophysi
Subordo : Cyprinoidae
Famili : Cyprinidae
Genus : Osteochilus
Species : Osteochilus hasselti
2.3. Kualitas Air
Ikan nilem akan melakukan pemijahan pada kondisi oksigen berkisar antara 5 – 6 ppm, karbondioksida bebas yang optimum untuk kelangsungan hidup ikan yaitu ≤ 1 ppm (Willoughby, 1999). Menurut Susanto (2001) suhu yang optimum untuk kelangsungan hidup ikan nilem berkisar antara 18 – 280C, dan untuk pH berkisar antara 6,7 – 8,6. Sedangkan menurut PBIAT Muntilan (2007), untuk kandungan ammonia yang disarankan adalah 0,5 ppm.
2.4. Reproduksi Ikan Nilem (Osteochilus hasselti)
Reproduksi pada ikan dikontrol oleh kelenjar pituitari yaitu kelenjar hipotalamus, hipofisis – gonad, hal tersebut dipengaruhi oleh adanya pengaruh dari lingkungan yaitu temperatur, cahaya, cuaca yang diterima oleh reseptor dan kemudian diteruskan ke sistem syaraf kemudian hipotalamus melepaskan hormon gonad yang merangsang kelenjar hipofisa serta mengontrol perkembangan dan kematangan gonad dalam pemijahan (Sumantadinata, 1981).
Reproduksi merupakan kemampuan indivudu untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Ikan memiliki ukuran dan jumlah telur yang berbeda, tergantung tingkah laku dan habitatnya. Sebagian ikan memiliki jumlah telur banyak, namun ukurannya kecil, sehingga sintasan rendah. Sebaliknya ikan memiliki telur sedikit, ukurannya besar. Kegiatan reproduksi pada setiap jenis hewan air berbeda-beda, tergantung kondisi lingkungnya (Fujaya, 2004).
Pemijahan adalah proses perkawinan antara ikan jantan dan ikan betina yang mengeluarkan sel telur dari betina, sel sperma dari jantan dan terjadi di luar tubuh ikan (eksternal). Dalam budidaya ikan, teknik pemijahan ikan dapat dilakukan dengan tiga macam cara, yaitu:
  1. Pemijahan ikan secara alami, yaitu pemijahan ikan tanpa campur tangan manusia, terjadi secara alamiah (tanpa pemberian rangsangan hormon),
  2. Pemijahan secara semi intensif, yaitu pemijahan ikan yang terjadi dengan memberikan rangsangan hormon untuk mempercepat kematangan gonad, tetapi proses ovulasinya terjadi secara alamiah di kolam,
  3. Pemijahan ikan secara intensif, yaitu pemijahan ikan yang terjadi dengan memberikan rangsangan hormon untuk mempercepat kematangan gonad serta proses ovulasinya dilakukan secara buatan dengan teknik stripping atau pengurutan (Gusrina, 2008).
2.5. Induk Ikan Nilem (Osteochilus hasselti)
Menurut Sumantadinata (1981) ikan betina matang kelamin dicirikan dengan perut yang relatif membesar dan lunak bila diraba, dari lubang genital keluar cairan jernih kekuningan, naluri gerakan lambat, postur tubuh gemuk, warna tubuh kelabu kekuningan, dan lubang genital berbentuk bulat telur agak melebar dan membengkak. Sedangkan ciri ikan jantan yang sudah matang kelamin yaitu mudah mengeluarkan sperma (milt) jika perutnya diurut (stripping), naluri gerakkannya lincah, postur tubuh dan perut ramping, warna tubuh kehijauan dan kadang gelap, lubang urogenital agak menonjol serta sirip dada kasar dan perutnya keras.
Ovulasi adalah proses keluarnya sel telur (oosit) yang telah matang dari folikel dan masuk ke dalam rongga ovarium atau rongga perut (Nagahama, 1990 dalam Gusrina, 2008). Menurut Gusrina (2008) pelepasan telur terjadi akibat:
  1. Telur membesar,
  2. Adanya kontraksi aktif dari folikel (bertindak sebagai otot halus) yang menekan sel telur keluar,
  3. Daerah tertentu pada folikel melemah, membentuk benjolan hingga pecah dan terbentuk lubang pelepasan hingga telur keluar (enzim yang berperan dalam pemecahan diding folikel: protease iplasmin kemudian diikuti oleh hormon prostaglandin F2a (PGF2a) atau chotecholamin yang merangsang kontraksi aktif dari folikel).
Telur ikan nilem (Osteochilus hasselti) banyak mengandung kuning telur yang mengumpul pada suatu kutub, tipe telur yang demikian dinamakan Telolechital (Sumantadinata, 1981). Ditambahkan pula oleh Djajareja dkk (1977) dalam Triyani (2002) warna telur ikan ini transparan dan bersifat demersal (terbenam di dasar perairan). Sementara menurut Soeminto dkk (1995) dalam Triyani (2002) telur ikan ini diameter berkisar antara 0,8 mm – 1,2 mm.
Menurut Cassie dan Effendie (1979) berat rata – rata dan panjang total untuk ikan nilem diantaranya:
  1. Berat rata – rata induk betina 200,7 gram, panjang total rata – rata induk betina 28,7 cm, dan
  2. Berat rata – rata induk jantan 187,3 gram, panjang total rata – rata induk jantan 28,2 cm.
2.6. Hormon Ovaprim
Hormon merupakan suatu senyawa yang ekskresikan oleh kelenjar endokrin, dimana kelenjar endokrin adalah kelenjar buntu yang tidak memiliki saluran (Zairin, 2002). Kelenjar endokrin pada ikan menurut Lagler et al. (1962) dalam Gusrina (2008) terdapat beberapa organ antara lain adalah pituitari, pineal, thymus, jaringan ginjal, jaringan kromaffin, interregnal tissue, corpuscles of stannus, thyroid, ultibranchial, pancreatic islets, intestinal tissue, intestitial tissue of gonads dan urohypophysis.
Hormon juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas pada ikan. Dosis hormon yang diberikan sangat erat kaitannya dengan efisiensi dan selanjutnya akan mempengaruhi nilai ekonomis jika pemberian hormon dosisnya terlalu rendah maka akan menyebabkan proses sex reversal yang berlangsung kurang sempurna (Zairin, 2002).
Ovaprim adalah campuran analog salmon GnRH dan Anti dopamine dinyatakan bahwa setiap 1 mL ovaprim mengandung 20 mg sGnRH-a (D-Arg6-Trp7, Lcu8,Prog-NET) – LHRH dan 10 mg Anti dopamine. Ovaprim juga berperan dalam memacu terjadinya ovulasi. Pada proses pematangan gonad GnRH analog yang terkandung di dalamnya berperan merangsang hipofisa untuk melepaskan gonadotropin. Sedangkan sekresi gonadotropin akan dihambat oleh dopamine. Bila dopamine dihalangi dengan antagonisnya maka peran dopamine akan terhenti, sehingga sekresi gonadotropin akan meningkat (Gusrina, 2008).
2.7. Penyuntikan Induk
Menurut Sutisna dan Sutarmanto (1995), teknik penyuntikan dengan arah jarum suntik membuat sudut 600 dari ekor bagian belakang dan jarum dimasukkan sedalam kurang lebih 1,5 cm. Hal ini ditujukkan supaya ovaprim benar – benar masuk ke bagian organ target. Pada saat dilakukan penyuntikan sebaiknya ikan dibungkus dengan jarring agar tidak lepas. Pada ikan yang lebih besar biasanya penyuntikkan dilakukan lebih dari satu orang, yakni orang pertama memegang ekor dan kepala, sedangkan orang yang lainnya menyuntikkan hormon ovaprim. Santoso (1997) menambahkan penyuntikan disarankan mengarah ke bagian depan (arah kepala) ikan, agar tidak mengenai organ bagian pencernaan dan tulang ikan. Apabila mengenai organ tersebut maka proses penyuntikkan tidak akan memacu kelenjar hipofisa untuk mengeluarkan hormon GnRH dalam proses pemijahan (tidak terjadinya proses pemijahan).
Teknik penyuntikan hormon pada ikan ada 3 yaitu intra muscular (penyuntikan kedalam otot), intra peritorial (penyuntikan pada rongga perut), dan intra cranial (penyuntikan di kepala) (Susanto, 1999). Dari ketiga teknik penyuntikkan yang paling umum dan mudah dilakukan adalah intra muscular, karena pada bagian ini tidak merusak organ yang penting bagi ikan dalam melakukan proses metabolisme seperti biasanya dan tingkat keberhasilan lebih tinggi dibandingkan dengan lainnya. Menurut Muhammad dkk (2001) secara intra muscular yaitu pada 5 sisik ke belakang dan 2 sisik ke bawah bagian sirip punggung ikan.

III. METODOLOGI PRAKTEK
3.1.  Perbedaan jantan dan betina  
No
Perbedaan
Jantan
Betina
1.
Overculum
Tutup Insang
Kasar
Halus
2.
Morfologi (Struktur Tubuh)
Gerakan cenderung gesit/lincah
Gerakan lambat
3.
Genital (Lubung Reproduksi)
Lubang lebih kecil, lubang genital berwarna putih
Terlihat lebih kasar, lubang genitalnya berwarna merah
4.
Umur siap pijah
1 tahun
1,5 tahun
5.
Sperma/sel telur
Berwarna putih susu
Kuning terang
6.
Perut
Apabila di raba cenderung lebih rata
Cenderung buncit dan terasa lembek

3.2. Waktu dan Tempat
Praktikum Teknik Pemijahan Ikan nilam dilaksakan secara bergilir pada bulan november bertempat di perikanan darat jl Raya barat Khz mustofa
3.3. Alat dan bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah bak plastik pemijahan, aerator, selang aerator, batu aerator, suntikan, gelas, timbangan electrik, ember, sendok, piring, tutup galon, wadah, air, bak viber. Sedangkan bahan yang digunakan adalah ikan nilem (Ostiochilus hasselti), aquades, persiapan induk dan ovaprim.
3.4. Cara Kerja
  1. Disiapkan ikan jantan dan betina pada bak yang telah disiapkan.
  2. Diambil larutan hormon ovaprim dengan menggunakan alat suntik sesuai dengan dosis yang sudah ditentukan.
  3. Diambil ikan betina dengan tangan dan diusahakan jangan lepas, kemudian larutan ovaprim yang sudah ditambahkan dengan akuades sehingga didalam alat suntik menunjukkan banyaknya ovaprim dan akuades 2 cc.
  4. Ikan yang sudah dipegang, dengan hati-hati alat suntik ditusukkan pada bagian punggung ikan antara sirip punggung jari-jari yang ketiga dan jarak 3 sisik ke bawah.
  5. Alat suntik dimasukkan pada bagian bawah sisik, hal ini dilakukan agar ikan tidak stress.
  6. Disuntikan hormon ovaprim yang bercampur dengan akuades ke dalam ikan dengan kemiring ± 600 (sudut).
  7. Untuk ikan betina dosis yang diberikan untuk suntikkan pertama dari dosis 2 cc ovaprim dan akuades sebanyak 1,2 cc, sedangkan untuk suntikkan yang kedua apabila ikan tidak berhasil memijah setengah bagian dari dosis keseluruhan.
  8. Setelah ikan diberikan suntikkan hormon ovaprim, ikan betina diletakkan kembali ke dalam akuarium yang telah disiapkan.
  9. Selanjutnya ikan jantan diambil seperti halnya yang dilakukan pada ikan berina, namun untuk dosis ikan betina pada penyuntikkan pertama diberi dosis 0,8 cc, dan apabila penyuntikkan pertama gagal memijah, maka sama halnya seperti ikan betina yaitu untuk penyuntikkan yang kedua sebagian dari dosis keseluruhan.
  10. Setelah proses penyuntikkan, diamati 6 jam kemudian. Apabila tidak terjadi pemijahan maka dilakukan penyuntikkan untuk kali kedua dan diamati lagi setelah 6 – 8 jam kemudian.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Tabel 1. Hasil penyuntikkan ovaprim
No.
Jenis Kelamin
Waktu penyuntikan
Penyuntikan ke-
Dosis
Keterangan
1.
Jantan
Betina
17:00
17.00
1
1
0,8 cc
1,2 cc
Setelah 6 jam kemudian belum terjadi pemijahan
2.
Jantan
Betina
23.15
23.15
2
2
0,4 cc
0,6 cc
Setelah 6-8 jam kemudian terjadi pemijahan untuk
ikan jantan dan betina.






4.2 Karakeristik telur ikan,
1.      Transparan                                    5. Mudah pecah
2.      Lunak                                            6. Bulat
3.      Kecil                                             7. Terdapat kuning telur
4.      Elastis                                           8. Bening
Dari 4 ekor ikan nilam dewasa dapat menghasikan ± 30 gelas telur ikan dari 1 gelas telur ikan terdapat ± 10.000 butir telur ikan, dari 1 kg nilem dapat dihasilkan ± 300.000 butir telur. Diameter telur ikan nilam berkisar antara 1mm, dengan berat dari 0,006 – 0,007 gr.
4.3 Analisa
Pada saat telur akan disimpan di bak, bak diisi air dan telur sehingga tingginya menjadi 25 cm, kemudian setelah telur itu menetas bak tersebut diisi air sampai tingginya menjadi 40-45 cm. Bekas cangkang telurnya di bersihkan menggunakan busa. Telur akan menetas dalam 24 jam menjadi larva. Dari 3 viber menjadi 6 cawik. Dari satu cawik terdapat 23.812 larva, jadi jumlah larva dari 3 viber atau 6 cawik yaitu 142.872 larva. Suhu ruangannya minimal 31-35 derajat sedangkan suhu air nya 28-30 derajat. Untuk bobot 1 larva ditimbang menggunakan digital gram meter/penimbangan digital, yaitu sekitar 0,03 gram.
Untuk mendapatkan nilai Hatching Rate (HR) yaitu daya tetas telur atau jumlah telur yang menetas. Nilai satuan Hatching Rate dinyatakan dengan persen (%).
Rumus Hatching Rate :
HR =
HR =
      = 95.248 %
V. kesimpulan
          Dari keseluruhan jumlah telur ikan nilam hanya sekitar 87-90% teur yang akan berubah menjadi larva.

Komentar

  1. No Deposit Bonus codes for December 2021
    No Deposit Casino Bonuses 2021 | Get No Deposit Bonuses 대전광역 출장샵 at NoDepositCasino.info to play the latest casino 서산 출장샵 slots, blackjack and 양산 출장안마 roulette 군포 출장안마 games. 안전 토토 사이트

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

laporan uji urine lengkap,

tugas bahasa sunda bajidoran

tugas bahasa sunda sawer panganten (Neli)