laporan uji urine lengkap,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Landasan Teori
Sistem ekskresi merupakan sistem yang berperan
dalam proses pembuangan zat-zat yang sudah tidak diperlukan (zat sisa) ataupun
zat-zat yang membahayakan bagi tubuh dalam bentuk larutan. Ekskresi terutama
berkaitan dengan pengeluaran senyawa-senyawa nitrogen.
Manusia memiliki organ atau alat-alat ekskresi yang
berfungsi membuang zat sisa hasil metabolisme. Zat sisa hasil metabolisme
merupakan sisa pembongkaran zat makanan, misalnya karbondioksida (CO2),
air (H2O), amoniak (NH3), urea dan zat warna empedu.
Zat sisa metabolisme tersebut sudah tidak berguna
lagi bagi tubuh dan harus dikeluarkan karena bersifat racun dan dapat
menimbulkan penyakit. Organ atau alat-alat ekskresi pada manusia terdiri dari paru-paru,
hati, kulit, dan ginjal.
Di dunia kedokteran ginjal biasa disebut ‘ren’ (renal/kidney). Bentuknya seperti kacang merah,
berjumlah sepasang dan terletak di daerah pinggang. Ukurannya kira-kira 11 x 6 x
3 cm. Beratnya antara 120-170 gram. Struktur ginjal terdiri dari kulit ginjal
(korteks), sumsum ginjal (medula) dan rongga ginjal (pelvis). Pada bagian kulit
ginjal terdapat jutaan nefron yang berfungsi sebagai penyaring darah. Setiap
nefron tersusun dari badan Malpighi dan saluran panjang (Tubula) yang
bergelung. Badan Malpighi tersusun oleh Simpai Bowman (Kapsula Bowman) yang
didalamnya terdapat Glomerulus. Fungsi
ginjal diantaranya sebagai
berikut.
a.
Menyaring dan membersihkan darah
dari zat-zat sisa metabolisme tubuh.
b.
Mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan
c.
Reabsorbsi (penyerapan kembali)
elektrolit tertentu yang dilakukan oleh bagian tubulus ginjal
d.
Menjaga keseimbanganan asam basa
dalam tubuh manusia
e.
Menghasilkan zat hormon yang
berperan membentuk dan mematangkan sel-sel darah merah (SDM) di sumsum tulang.
Enkret dari ginjal berupa urine. Urine atau air seni maupun air kencing adalah cairan sisa
yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh
melalui proses urinasi. Eksreksi urine diperlukan untuk membuang
molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga
homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan
urine sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urine disaring di dalam ginjal, dibawa
melalui ureter menuju kantung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.
Dari
urine kita bisa memantau penyakit melalui perubahan warnanya. Meskipun tidak
selalu bisa dijadikan pedoman namun setidaknya bisa dijadikan untuk
berjaga-jaga. Urine merupakan cairan yang dihasilkan oleh ginjal melalui proses
penyaringan darah. Oleh karena itu kelainan darah dapat menunjukkan kelainan di
dalam urine.
Urine
terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea),
garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urine berasal
dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urine berubah sepanjang proses
reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap
kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung
urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi
racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urine
dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urine dapat
menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat
pembentukan kompos.
Diabetes
adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urine. Urine seorang
penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urine
orang yang sehat.
Fungsi
utama urine adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari
dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urine sebagai zat yang "kotor".
Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urine tersebut berasal dari ginjal atau
saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinenya pun akan mengandung bakteri.
Namun jika urine berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara
medis urine sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang dihasilkan berasal dari
urea. Sehingga bisa diakatakan bahwa urine itu merupakan zat yang steril.
Urine
dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan
mengeluarkan urine yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan
mengeluarkan urine berwarna kuning pekat atau cokelat. Terapi urine amaroli
adalah salah satu usaha pengobatan tradisional India, Ayurveda.
Banyaknya
urine yang dikeluarkan dari dalam tubuh seseorang yang normal sekitar 1-2 liter
setiap hari. Faktor yang mempengaruhi pengeluaran urine dari dalam tubuh
tergantung dari banyaknya air yang diminum dan keadaan suhu. Apabila suhu udara dingin,
pembentukan urine meningkat sedangkan jika suhu panas, pembentukan urine
sedikit. Pada saat banyak minum air, kelebihan air akan dibuang melalui ginjal. Oleh
karena itu jika banyak minum akan banyak mengeluarkan urine. Warna urine setiap
orang berbeda-beda. Warna urine biasanya dipengaruhi oleh jenis makanan yang
dimakan, jenis kegiatan atau dapat pula disebabkan oleh penyakit. Namun
biasanya warna urine normal berkisar dari warna bening sampai warna kuning
pucat.
Urine
dapat diuji kandungan amoniak, protein, glukosa, dan dapat pula diketahui kadar
pH nya. Untuk menguji urine diperlukan reagen sebagai berikut.
a. Biuret
Uji
biuret merupakan sebuah uji kimia untuk protein dan polipeptida. Hal ini didasarkan
pada pereaksi biuret, larutan biru yang mengubah violet pada kontak dengan
protein, atau zat-zat dengan ikatan peptide.
b. Benedict
Reagen Benedict adalah bahan kimia
pereaksi bernama setelah seorang kimiawan Amerika, Stanley Rossiter Benediktus.
Benedict's reagen digunakan sebagai ujian bagi kehadiran mengurangi gula. Hal
Ini termasuk semua monosakarida dan disakarida , laktosa dan maltosa . Bahkan
lebih umum, kita coba Benediktus akan mendeteksi kehadiran aldehid (kecuali
yang aromatik), dan alpha-hydroxy-keton , termasuk yang terjadi di ketoses
tertentu.
Cara kerja Benedict yaitu ketika
reagen benedict dicampurkan dan dipanaskan dengan glukosa, di mana glukosa
memiliki elektron untuk diberikan, tembaga (salah satu kandungan di reagen
benedict) akan menerima elektron tersebut dan mengalami reduksi sehingga
terjadilah perubahan warna. Selama proses ini CU2+ tereduksi menjadi
CU+. Ketika Cu mengalami reduksi, glukosa memberikan salah
satu elektronnya dan dioksidasi. Karena glukosa mampu mereduksi Cu pada benedict,
maka glukosa disebut sebagai gula pereduksi.
B. Tujuan Praktikum
1.
Memenuhi nilai keterampilan
mata pelajaran Biologi kelas XI semester genap SMA Negeri 1 Singaparna Tahun Ajaran 2016/2017
2.
Untuk mengetahui dan membandingkan pH
urine normal dengan pH urine kasus
3.
Untuk mengetahui
dan membandingkan kandungan
amoniak dalam urine normal dengan kandungan
amoniak dalam urine kasus
4.
Untuk mengetahui
dan membandingkan kandungan
glukosa dalam urine normal dengan kandungan
glukosa dalam urine kasus
5.
Untuk mengetahui dan membandingkan
kandungan protein dalam urine normal dengan kandungan
protein dalam urine kasus
BAB II
Prosedur Praktikum
A.
Alat dan
Bahan
Alat
yang dibutuhkan untuk pengujian urine diantaranya gelas arloji yang digunakan untuk menampung urine yang akan diuji
kadar pH nya, kertas indikator pH
universal yang digunakan untuk mengukur kadar pH dalam urine, tabung reaksi sebanyak 6 buah
yang berfungsi untuk menampung larutan dalam jumlah yang sedikit, corong yang
berfungsi sebagai alat bantu untuk memindahkan atau memasukkan larutan ke dalam
tabung reaksi, pipet tetes yang digunakan untuk mengambil cairan dalam skala
tetesan kecil, botol semprot yang digunakan untuk menyimpan reagen, penjepit tabung reaksi yang digunakan untuk menjepit tabung reaksi selama melakukan proses
pemanasan, rak tabung reaksi yang
digunakan untuk menyimpan tabung reaksi,
pembakar spirtus yang digunakan untuk memanaskan larutan, korek api yang digunakan untuk
menyalakan pembakar spirtus.
Bahan-bahan
yang digunakan untuk menguji urine, antara lain urine penderita diabetes dan urine orang normal. Larutan yang digunakan untuk menguji urine
diantaranya larutan benedict yang
digunakan untuk menguji kandungan glukosa dan larutan biuret yang digunakan untuk menguji kandungan protein.
B.
Prosedur Kerja
1.
Uji
Kadar pH
Pertama,
urine yang akan diuji kadar pH dimasukkan ke dalam gelas arloji. Kemudian,
masukkan kertas indikator pH universal ke dalam urine. Lalu, simpan kertas
indikator pH universal di tempat kering dan tunggu sampai kering. Setelah itu,
lihat perubahan warnanya dan cocokkan warnanya dengan standar pH. Apabila kadar
pH urine kurang dari 7, maka urine tersebut bersifat asam. Apabila kadar pH
urine sama dengan 7, maka urine tersebut bersifat netral. Dan apabila kadar pH
urine lebih dari 7 maka urine tersebut bersifat basa.
2.
Uji
Amoniak
Pertama, urine yang akan diuji kandungan
amoniak dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 1 mL. Kemudian, beri label
pada tabung reaksi sesuai dengan urine yang diuji. Setelah itu, jepit tabung
reaksi dengan penjepit tabung reaksi. Selanjutnya, panaskan tabung reaksi yang berisikan urine tersebut dengan
menggunakan pembakar spirtus. Lalu cium bau dari urine tersebut. Apabila berbau pesing maka orang tersebut urinenya
normal. Namun jika berbau sangat pesing berarti
pengeluaran zat sisa berupa amoniak dalam tubuhnya sangat banyak.
3.
Uji Glukosa
Pertama,
urine yang akan diuji kandungan glukosa dimasukkan ke dalam tabung reaksi
sebanyak 2 mL. Kemudian, beri label pada tabung reaksi sesuai dengan urine yang
diuji. Lalu, masukkan 5 tetes larutan benedict yang sudah ada dalam botol
semprot ke dalam tabung reaksi tersebut. Setelah itu, jepit tabung reaksi
dengan menggunakan penjepit tabung reaksi. Selanjutnya, panaskan tabung reaksi
yang berisikan urine tersebut dengan menggunakan pembakar spirtus. Lihat perubahan
warna yang terjadi. Apabila hasil reaksi menghasilkan warna hijau, hitam,
orange, ataupun merah bata, maka urine tersebut positif mengandung glukosa.
4.
Uji Protein
Pertama, urine
yang akan diuji kandungan protein
dimasukkan ke dalam tabung reaksi
sebanyak 2 mL. Kemudian, beri label pada tabung reaksi sesuai dengan urine yang
diuji. Lalu, masukkan 5 tetes larutan biuret yang sudah ada dalam botol semprot
ke dalam tabung reaksi tersebut. Lihat perubahan warna yang terjadi. Apabila hasil
reaksi menghasilkan warna ungu, maka urine tersebut positif mengandung protein.
C.
Tabel
Data
No
|
Jenis Uji Urine
|
Hasil Sampel
|
Keterangan
|
||
Faisal Fahmi
|
Penderita Diabetes
|
Faisal Fahmi
|
Penderita Diabetes
|
||
1
|
Ph
|
6
|
5
|
Urine bersifat asam normal
|
Urine bersifat terlalu asam
|
2
|
Amoniak
|
Berbau sangat pesing
|
Tidak terlalu berbau pesing
|
Mengandung amoniak dalam skala tinggi
|
Mengandung amoniak dalam skala rendah
|
3
|
Glukosa
|
Berwarna hijau dan terdapat endapan berwarna kuning busuk
|
Berwarna merah bata dan tidak terdapat endapan
|
Mengandung
glukosa dalam skala rendah
sekitar 0,5-1%
|
Mengandung
glukosa dalam skala yang tinggi
sekitar 3,5 %
|
4
|
Protein
|
Berwarna coklat samar dan terdapat endapan berwarna biru
|
Berwarna kuning keruh dan terdapat endapan berwarna kuning
pucat
|
Mengandung protein
|
Tidak mengandung protein
|
5
|
Urea
|
Mengandung urea
|
Mengandung urea
|
Mengandung urea dalam jumlah yang banyak
|
Mengandung urea dalam jumlah yang sedikit
|
D.
Analisis
Data
1. Berdasarkan
tabel data, pH urine penderita diabetes yaitu 5 sedangkan pH urine Faisal Fahmi yaitu 6. pH urine penderita
diabetes bersifat terlalu
asam, karena pH-nya kurang dari batas
keasaman Urine normal yaitu 6.. Sedangkan pH urine Faisal Fahmi bersifat asam normal, karena pH-nya sama
dengan pH urine seharusnya yitu 6. Urine dapat bersifat asam, netral,
atau basa dengan pH antara 4,7-8,0. Tetapi urine yang dikumpulkan selama 24 jam
biasanya bersifat asam. Urine yang diambil pada waktu-waktu tertentu mempunyai
pH yang berbeda-beda. Beberapa waktu setelah makan, urine akan bersifat netral
bahkan alkalis. Ini disebut alkalin ide. Bila dibiarkan waktu lama,
urine dapat mengalami ammoniacal fermentation atau acid
fermentation. Hal ini disebabkan oleh bakteri dan pH urine menjadi basa.
2. Kandungan urine manusia
Urine
manusia mengandung unsur-unsur yang diantaranya sebagai berikut.
a. Air,
kandungan
air dalam darah dikeluarkan dari tubuh jika konsentrasinya terlalu tinggi.
b. Urea
(25-30 gram) yang merupakan hasil akhir dari metabolisme protein pada mamalia.
c. Amoniak,
pada keadaan normal terdapat sedikit dalam urine segar. Pada penderita diabetes
melitus, kandungan amoniak dalam urinenya sangat tinggi.
d. Kreatinin
(produk pemecahan kreatin) dan keratin, normalnya yaitu 20-26 mg/kg pada
laki-laki, dan 14-22 mg/kg pada perempuan.
e. Asam
urat
Asam
urat merupakan hasil akhir terpenting oksidasi purin dalam tubuh. Asam urat
sangat sukar larut dalam air, tetapi mengendap membentuk garam-garam yang larut
dengan alkali. Pengeluaran asam urat meningkat pada penderita leukimia,
penyakit hati berat.
f.
Asam amino, di dalam urine
yang normal mengandung sedikit asam amino. Pada penderita penyakit hati yang
lanjut karena keracunan, maka jumlah asam amino yang diekskresikan pun
meningkat.
g. Klorida
(terutama NaCl), pengeluarannya tergantung dari pemasukkan ke tubuh.
h. Sulfur,
berasal dari protein yang mengandung sulfur pada makanan.
i.
Fosfat, di dalam urine
fosfat merupakan gabungan dari natrium dan kalium fosfat, berasal dari makanan
yang mengandung protein berikatan dengan fosfat.
j.
Oksalat dalam urine rendah.
Pada penderita hiperoksaluria jumlah oksalat relatif tinggi.
k. Mineral,
seperti Na, Ca, K, Mg ada sedikit dalam urine.
l.
Vitamin, hormon dan enzim
dalam urine sedikit.
m. Empedu. Berasal dari hasil perombakan sel
darah merah di hati dan memberi warna kekuningan pada urine.
n. Garam. Garam dikeluarkan untuk menjaga
konsentrasi garam di darah supaya tidak berlebih.
o. Obat-obatan. Obat-obatan dibuang supaya tidak
menjadi racun dalam tubuh. Itulah sebab mengapa sehabis minum obat urine kita
menjadi berbau seperti obat.
p. Sodium (1,17 g/L) dan potasium (0,75 g/L)
q. Gula. Gula ditemukan pada urine
penderita diabetes dan tidak akan ditemukan pada urine orang yang sehat.
r.
Nitrogen dan asam sulfat
3. Tahapan
pembentukan urine
Urine terbentuk melalui tiga tahap, yaitu
tahap filtrasi, reabsorpsi, dan yang terakhir tahap augmentasi.
a. Filtrasi
(Penyaringan)
Proses filtrasi terjadi di kapsul Bowman dan
glomerulus. Dinding luar kapsul Bowman tersusun dari satu lapis sel epitel
pipih. Antara dinding luar dan dinding dalam terdapat ruang kapsul yang
berhubungan dengan lumen tubula kontorti proksimal. Dinding dalam kapsul Bowman
tersusun dari sel-sel khusus (prodosit).
Proses filtrasi terjadi karena adanya
perbedaan tekanan hidrostatik (tekanan darah) dan tekanan onkotik (tekanan
osmotik plasma), dimulai ketika darah masuk ke glomerulus, tekanan darah
menjadi tinggi sehingga mendorong air dan komponen-komponen yang tidak dapat
larut melewati pori-pori endotelium kapiler, glomerulus, kemudian menuju
membran dasar, dan melewati lempeng filtrasi, lalu masuk ke dalam ruang kapsul
Bowman.
Hasil filtrasi dari glomerulus dan kapsul
Bowman disebut filtrate glomerulus atau urine primer. Komposisi urine primer
terdiri dari air, glukosa, asam amino, garam mineral, urea, dan asam urat.
b. Reabsorpsi
(Penyerapan)
Proses reabsorpsi terjadi di tubula kontorti
proksimal, lengkung henle, dan sebagian tubula kontorti distal. Reabsorpsi
dilakukan oleh sel-sel epitel di seluruh tubula ginjal. Banyaknya zat yang
direabsorpsi tergantung kebutuhan tubuh saat itu. Zat-zat yang direabsorpsi
adalah air, glukosa, asam amino, ion-ion Na+, K+, Ca2+,
Cl-, HCO3, HbO42, dan sebagian
urea.
Reabsorpsi terjadi secara transpor aktif dan
transpor pasif. Glukosa dan asam amino direabsorpsi secara transpor aktif di
tubula kontorti proksimal. Reabsorpsi Na+, HCO3- dan H2O
terjadi di tubula kontorti distal.
Proses reabsorpsi dimulai ketika urin primer
(bersifat hipotonik dibanding plasma darah) masuk ke tubula kontorti proksimal.
Kemudian terjadi reabsorpsi glukosa dan 67% ion Na+, selain itu juga
terjadi reabsorpsi air dan ion Cl- secara pasif. Bersamaan dengan
itu, filtrat menuju lengkung henle. Filtrat ini telah berkurang volumenya dan
bersifat isotonik dibandingkan cairan pada jaringan di sekitar tubula kontorti
proksimal. Pada lengkung henle terjadi sekresi aktif ion Cl- ke
jaringan di sekitarnya. Reabsorpsi dilanjutkan di tubula kontorti distal. Pada
tubula ini terjadi reabsopsi Na+ dan air di bawah kontrol ADH
(hormon antidiuretik). Di samping reabsorpsi, di tubula ini juga terjadi sekresi
H+, NH4+, urea, kreatinin, dan obat-obatan
yang ada pada urine.
Hasil reabsorpsi ini berupa urine sekunder
yang memiliki kandungan air, garam, urea dan pigmen empedu yang berfungsi
memberi warna dan bau pada urin.
c. Augmentasi
(Penambahan Zat / Pengentalan))
Urine sekunder dari tubula distal akan menuju
tubula kolekta. Pada tubula kolekta ini masih terjadi penyerapan ion Na+,
Cl-, dan urea sehingga terbentuklah urine sesungguhnya. Dari tubula
kolekta, urine dibawa ke pelvis renalis, urin mengalir melalui ureter menuju
vesica urinaria (kantong kemih) yang merupakan tempat penampungan urine.
4. Berdasarkan
tabel data, dapat diketahui bahwa sampel urine Faisal Fahmi mengandung sedikit glukosa. Hal itu
dibuktikan dengan hasil percobaan antara 2 mL urine Faisal Fahmi dengan 5 tetes
larutan benedict yang kemudian dipanaskan, dan menghasilkan
warna biru kehijauan dan terdapat endapan berwarna kuning. Sedangkan sampel
urine penderita diabetes positif mengandung glukosa yang berada dalam kadar tinggi.
Hal itu dibuktikan dengan hasil percobaan antara 2 mL urine penderita diabetes
dengan 5 tetes larutan benedict yang kemudian dipanaskan, menghasilkan merah bata dan terdapat endapan
berwarna orange.
Dengan adanya kandungan glukosa dalam
urine, hal itu dapat mengindikasikan bahwa kemungkinan adanya kesalahan pada
glomerulus ginjal, yaitu glomerulus tidak dapat menyaring glukosa sehingga
glukosa terus berjalan ke tubula-tubula sampai akhirnya glukosa diekskresikan
bersam urine. Kondisi seperti itu dapat terjadi pada orang yang menderita
penyakit diabetes melitus, tirotoksikosis, sindroma cushing, phaeochromocytoma,
peningkatan tekanan intracranial atau karena ambang rangsang ginjal yang
menurun seperti pada renal glikosuria, kehamilan dan sindroma fanconi.
Namun reduksi positif mengandung glukosa
tidak selalu berarti menderita penyakit diabetes melitus. Hal ini dikarenakan
pada penggunaan cara reduksi dapat terjadi hasil positif palsu pada urine
karena adanya kandungan bahan reduktor selain glukosa, seperti fruktosa,
galaktosa, laktosa, pentose, formalin, glukuronat, dan obat-obatan seperti
streptomycin, salisilat, dan vitamin C. untuk itu, perlu adanya uji lanjut
untuk memastikan jenis gula pereduksi yang terkandung pada sampel urine. Hal
ini dikarenakan hanya kandungan glukosa yang mengindikasikan keberadaan
penyakit diabetes.
Berdasarkan tabel data, sampel urine Faisal Fahmi mengandung
protein. Hal itu dibuktikan dengan hasil percobaan antara 2 mL urine Faisal Fahmi dengan 5 tetes
larutan biuret, menghasilkan warna ungu samar. Sedangkan sampel urine penderita
diabetes tidak mengandung protein. Hal itu dibuktikan dengan hasil percobaan
antara 2 mL urine penderita diabetes dengan 5 tetes larutan biuret,
menghasilkan warna kuning keruh.
Dengan adanya kandungan protein dalam
urine, hal itu dapat mengindikasikan keadaan proteinuria. Proteinuria
menunjukkan kerusakan pada ginjal, adanya darah dalam kencing, atau infeksi
kuman. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan proteinuria diantaranya penyakit
ginjal (glomerulonephritis, nefropati karena diabetes, pielonefritis, nefrosis,
lipoid), demam, hipertensi, multiple myeloma, keracunan kehamilan, infeksi
saluran kemih. Proteinuria juga dapat ditemukan pada orang sehat. Misalnya pada
keadaan di mana orang tersebut demam tinggi, gagal jantung, latihan fisik yang
berat, dan stress karena emosi.
5. Rangkuman
Urine
atau air seni maupun air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh
ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Urine
terbentuk melalui 3 tahap, yaitu tahap filtrasi, tahap reabsorpsi, dan tahap
augmentasi. Urine yang dieksresikan oleh tubuh mengandung air,asam
urat,urea,garam mineral,dan amoniak. Pada sebagian orang urine yang
dieksresikan ada zat yang tidak seharusnya ada didalam urine seperti glukosa
dan protein.
Glukosa dalam urine seseorang dapat diketahui dari uji urine dengan
menggunakan larutan benedict. Orang yang didalam urinenya positif mengandung
glukosa dapat terindikasi memiliki penyakit diabetes
melitus, tirotoksikosis, sindroma cushing, phaeochromocytoma, peningkatan
tekanan intracranial atau karena ambang rangsang ginjal yang menurun seperti
pada renal glikosuria, kehamilan dan sindroma fanconi.
Seperti halnya dengan glukosa,
uji urine juga dapat mendeteksi kandungan protein dalam urine seseorang dengan
menggunakan larutan biuret. Kandungan protein dalam urine dapat
mengindikasikan keadaan proteinuria. Proteinuria menunjukkan kerusakan pada
ginjal, adanya darah dalam kencing, atau infeksi kuman. Beberapa keadaan yang
dapat menyebabkan proteinuria diantaranya penyakit ginjal (glomerulonephritis,
nefropati karena diabetes, pielonefritis, nefrosis, lipoid), demam, hipertensi,
multiple myeloma, keracunan kehamilan, infeksi saluran kemih. Proteinuria juga
dapat ditemukan pada orang sehat. Misalnya pada keadaan di mana orang tersebut
demam tinggi, gagal jantung, latihan fisik yang berat, dan stress karena emosi.
BAB III
Kesimpulan
Berdasarkan analisis data, dapat disimpulkan bahwa urine dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengukur
kadar pH, mendeteksi kandungan amoniak, glukosa, dan protein.
Urine dengan sampel urine Faisal Fahmi, memiliki kadar pH
yaitu 6, yang berarti bahwa urine Faisal Fahmi bersifat asam normal. Pada saat
urine ini dipanaskan dengan pembakar spirtus, tercium bau pesing yang
menandakan bahwa urine tersebut mengandung amoniak. Sampel urine ini juga ,
mengandung sedikit glukosa yang dibuktikan dengan hasil percobaaan antara 2 mL
urine ini dengan 5 tetes larutan benedict menghasilkan warna hijau dan terdapat
endapan berwarna kuning busuk warna Hijau tersebut berarti kandungan glukosa
berada pada kadar 0.5 % – 1 % . Serta, sampel urine ini juga mengandung protein.
Hal itu dapat dibuktikan dengan hasil percobaan antara 2 mL urine ini dengan 5
tetes larutan biuret menghasilkan warna coklat samar dan terdapat endapan
berwarna biru.
Sementara itu urine dengan sampel urine kasus penderita
diabetes, memiliki kadar pH yaitu 5, yang berarti bahwa urine penderita
diabetes bersifat terlalu asam. Pada saat urine ini dipanaskan dengan pembakar
spirtus, tercium bau yang sangat pesing yang menandakan bahwa urine tersebut
mengandung amoniak dalam kadar yang tinggi. Sampel urine ini, mengandung
glukosa yang cukup tinggi. Hal itu dapat dibuktikan dengan hasil percobaaan
antara 2 mL urine ini dengan 5 tetes larutan benedict yang menghasilkan warna
kuning keruh dan terdapat endapan berwarna merah bata dan terdapat endapan yang
berarti mengandung glukosa dengan kadar 3.5 % atau lebih.. Serta, sampel urine
ini tidak mengandung protein, karena berdasarkan hasil percobaan antara 2 mL
urine ini dengan 5 tetes larutan biuret menghasilkan warna kuning keruh dan
terdapat endapan berwarna kuning pucat.
DAFTAR PUSTAKA
·
Buku Biologi SMA/MA
kelas XI penerbit Erlangga
·
http://bloggerboegist.blogspot.co.id/2011/12/sifa-sifat-urin.html
·
http://jayantiputrieka.blogspot.co.id/2015/02/laporan-hasil-praktek-uji-kandungan.html?=1
·
http://blog.unnes.ac.id/pipitdiahnoviana/2015/11/18/laporan-praktikum-uji-kandungan-urin/
·
http://farahdewi1114.blogspot.com/2016/05/laporan-praktikum-uji-kandungan-urin_23.html
LAMPIRAN
a.
Alat dan Bahan
( Gelas Arlogi )
|
( Penjepit )
|
( Pemanas Spirtus )
|
( Corong Gelas )
|
( Tabung Reaksi )
|
( Pipet Tetes )
|
( Urine Faisal Fahmi )
|
( Urine Penderita
Diabetes )
|
( Indikator
Universal )
|
( Benedict )
|
( Biuret )
|
b.
Proses Pengerjaan
( Urine
dimasukkan kedalam tabung reaksi melalui pipet tetes )
|
( Urine
dimasukkan kedalam tabung reaksi melalui corong gelas )
|
( Urine ditetesi
larutan benedict )
|
( Urine yang
tidak ditetesi larutan apapun)
|
( Urine yang telah ditetesi larutan benedict)
|
( Urine
dipanaskan melalui pemanas spirtus)
|
( Pengambilan
sampel urine untuk pengecekan pH)
|
(Pengecekkan pH
urine)
|
c.
Hasil
(Indikator pH
universal setelah dicelupkan ke dalam urine)
|
Urine Kasus Diabetes
|
Urine Faisal F
|
( Hasil Urine yang telah ditetesi
larutan Benedict yang kemudian dipanaskan)
Urine Kasus Diabetes
|
Urine Faisal F
|
(Hasil Urine Yang telah ditetesi larutan biuret )
( Ketika
Proses Penelitian Dan Pembandingan Urine Faisal (Siswa) dengan Urine Kasus
Diabetes)
d.
Anggota Kelompok
(Faisal)
|
(Intan)
|
(Raihan)
|
(Wina)
|
(Femi)
|
(Rikza)
|
(Alwan)
|
(Rikza)
|
(Intan)
|
(Femi)
|
(Faisal)
|
(Wina)
|
(Raihan)
|
(Alwan)
|
(Alwan)
|
(Wina)
|
(Raihan)
|
(Faisal)
|
(Femi)
|
(Intan)
|
(Rikza)
|
Komentar
Posting Komentar